Google Translate

Kamis, 05 Januari 2012

Talk with Adam

Pembicaraan yg lucu antara Nabi Adam A.S. dengan cucunya namun memiliki makna yg dalam :’)

Cucu Adam = CA
Adam = A

Cucu Adam: Ini semua gara-gara kamu, Kek.

Adam: Loh, kok tiba-tiba aku disalahin.

CA: Lah iya, gara-gara kakek dulu makan buah terlarang, aku sekarang merana. Kalau kamu dulu enggak tergoda Iblis kan kita tetap di surga. Enggak kayak sekarang, sudah tingggal di bumi, eh ditakdirkan hidup di Negara terkorup, sudah begitu jadi orang miskin pula. Emang seenak apa sih rasanya buah itu?

A: Ya tidak tahu lah sekarang, sudah lupa. Kejadiannya sudah lama banget. Tapi ini bukan soal rasa. Ini soal khasiatnya.

CA: Halah, kayak obat kuat aja pake khasiat segala. Emang Iblis bilang khasiatnya apa sih kok sampean bisa tergoda?

A: Dia bilang, kalau makan buah itu aku bisa abadi.

CA: Anti-aging gitu?

A: Iya. Pokoknya kekal.

CA: Terus kakek percaya? Iblis kok dipercaya.

A: Lho kan dia senior.

CA: Maksudnya senior?

A: Iblis kan lebih dulu tinggal di surga dari aku dan nenekmu.

CA: Iblis tinggal di surga? Boong ah.

A: Nah ini nih kalo waktu puasa tidak baca Quran. Baca Al-Baqarah ayat 30-38. Coba kamu pikir, gimana dia bisa bisikin aku yang ada di surga kalo dia tidak tinggal di surga juga?

CA: Oh iya, ya. Tapi, walau pun Iblis yang bisikin, tetap kamu yang salah, Kek. Gara-gara kakek, aku jadi miskin kayak gini.

A: Kamu salah lagi. Manusia itu tidak diciptakan untuk menjadi penduduk surga. Baca surat Al-Baqarah : 30. Sejak awal, sebelum aku lahir… eh, sebelum aku diciptakan, Tuhan sudah berfirman ke para malaikat kalo Dia mau menciptakan manusia yang menjadi khalifah (wakil Tuhan) di bumi.

CA: Lah, tapi kan kakek dan nenek tinggal di surga?

A: Iya, sempat, tapi itu cuma transit. Makan buah terlarang atau ndak, cepat atau lambat, kakekmu ini pasti diturunkan ke bumi untuk menjalankan tugas dari-Nya: memakmurkan bumi. Di surga itu masa persiapan, penggemblengan. Di sana Tuhan ngajarin kakek bahasa, kasih tahu nama semua benda (Al-Baqarah:31).

CA: Jadi di surga itu cuma sekolah?

A: Kurang lebih seperti. Waktu di surga, kakekmu ini belum jadi khalifah. Jadi khalifah itu baru setelah turun ke bumi.

CA: Aneh.

A: Kok aneh?

CA: Ya aneh, menyandang tugas wakil Tuhan kok setelah kakek gagal, setelah tidak lulus ujian, termakan godaan Iblis? Pendosa kok jadi wakil Tuhan.

A: Lho, justru itu intinya. Kemuliaan manusia itu tidak diukur dari apakah dia bersih dari kesalahan atau tidak. Yang penting itu bukan melakukan kesalahan atau tidak melakukannya. Tapi, bagaimana bereaksi terhadap kesalahan yang kita lakukan. Manusia itu pasti pernah keliru dan salah, Tuhan tahu itu. Tapi, meski demikian, toh Dia memilih kakekmu ini, bukan malaikat.

CA: Jadi, tidak apa-apa kita bikin kesalahan, gitu kek?

A: Ya tidak seperti itu juga. Kita tidak bisa minta orang untuk tidak melakukan kesalahan. Kita cuma bisa minta mereka untuk berusaha tidak melakukan kesalahan. Namanya usaha, kadang berhasil, kadang enggak.

CA: Terus kakek berhasil atau gak?

A: Dua-duanya.

CA: Kok dua-duanya?

A: Aku dan nenekmu melanggar aturan, itu artinya gagal. Tapi kami berdua kemudian menyesal dan minta ampun. Penyesalan dan mau mengakui kesalahan, serta menerima konsekuensinya (dilempar dari surga), adalah keberhasilan.

CA: Ya kalo cuma gitu semua orang bisa. Sesal kemudian tidak berguna, Kek.

A: Berguna donk. Karena menyesal, aku dan nenekmu dapat pertobatan dari Tuhan dan dijadikan khalifah (Al-Baqarah:37). Bandingkan dengan Iblis, meski sama-sama diusir dari surga, tapi karena tidak tobat, dia terkutuk sampe hari kiamat.

CA: Kamu ini lucu Kek.

A: Lucu bagaimana?

CA: Lah kalo dia tobat, ya namanya bukan Iblis lagi.

A: Bener juga kamu ya, he-he-he. Tapi intinya begitu lah. Melakukan kesalahan itu manusiawi. Yang tidak manusiawi, yang iblisi, itu kalau sudah salah tapi merasa bener, sehingga menjadi sombong.

CA: Jadi kesalahan terbesar Iblis itu apa? tidak mengakui Tuhan?

A: Iblis bukan ateis, dia justru monoteis. Percaya Tuhan yang satu.

CA: Masa sih Kek?

A: Lho, kan dia pernah ketemu Tuhan, pernah dialog segala kok.

CA: Terus, kesalahan terbesar dia apa?

A: Sombong: menyepelekan orang lain dan memonopoli kebenaran.

CA: Wah, persis cucu kamu tuh Kek.

A: Ente?

CA: Bukan. Cucu kakek yang lain. Mereka mengaku yang paling bener, kalo ada orang lain berbeda pendapat akan mereka serang. Orang lain disepelekan. Mereka mau orang lain menghormati mereka, tapi mereka tidak mau menghormati orang lain. Kalau sudah marah nih Kek, orang-orang ditonjokin, barang-barang orang lain dirusak. Setelah itu mereka bilang kalau mereka pejuang kebenaran. Bahkan ada yang sampe ngebom segala loh.

A: Wah, persis Iblis tuh.

CA: Tapi mereka siap mati Kek, karena kalo mereka mati nanti masuk surga.

A: Siap mati, tapi tidak siap hidup.

CA: Bedanya apa Kek?

A: Orang yang tidak siap hidup itu berarti tidak siap menjalankan agama.

CA: Lho, kok begitu?

A: Kan aku dikasih agama oleh Tuhan kan waktu diturunkan ke bumi (Al-Baqarah:37). Bukan waktu di surga.

CA: Jadi, artinya, agama itu untuk bekal hidup, bukan bekal mati?

A: Pinter kamu.

CA: Cucu siapa dulu donk.

A: Cucuku dan nenekmu.

CA: BTW, Kek. Kakek itu kan terkenal dengan satu nama: Adam. Tapi Nenek itu namanya kok beda-beda? Yang bener itu Hawa, Eve, atau Eva.

A: Terserah kamu. What’s in a name? (apalah artinya sebuah nama)

CA: Shakespeare Kek?

A: Halah, terserah kamu aja lah.