Google Translate

Rabu, 29 Juni 2011

Jawaban Luar Biasa dari Tukang Bakso

Di suatu senja sepulang kantor, saya masih berkesempatan untuk ngurus tanaman di depan rumah, sambil memperhatikan beberapa anak asuh yang sedang belajar menggambar peta, juga mewarnai. Hujan rintik rintik selalu menyertai di setiap sore di musim hujan ini.

Di kala tangan sedikit berlumuran tanah kotor,...terdengar suara tek...tekk.. .tek...suara tukang bakso dorong lewat. Sambil menyeka keringat..., ku hentikan tukang bakso itu dan memesan beberapa mangkok bakso setelah menanyakan anak - anak, siapa yang mau bakso ?

"Mauuuuuuuuu. ...", secara serempak dan kompak anak - anak asuhku menjawab.

Selesai makan bakso, lalu saya membayarnya. ...

Ada satu hal yang menggelitik fikiranku selama ini ketika saya
membayarnya, si tukang bakso memisahkan uang yang diterimanya. Yang satu disimpan dilaci, yang satu ke dompet, yang lainnya ke kaleng bekas kue semacam kencleng. Lalu aku bertanya atas rasa penasaranku selama ini.

"Mang kalo boleh tahu, kenapa uang - uang itu Emang pisahkan? Barangkali ada tujuan ?" "Iya pak, Emang sudah memisahkan uang ini selama jadi tukang bakso yang sudah berlangsung hampir 17 tahun. Tujuannya sederhana saja, Emang hanya ingin memisahkan mana yang menjadi hak Emang, mana yang menjadi hak orang lain / tempat ibadah, dan mana yang menjadi hak cita รข€“ cita penyempurnaan iman ".

"Maksudnya.. ...?", saya melanjutkan bertanya.

"Iya Pak, kan agama dan Tuhan menganjurkan kita agar bisa berbagi dengan sesama. Emang membagi 3, dengan pembagian sebagai berikut :

1. Uang yang masuk ke dompet, artinya untuk memenuhi keperluan hidup sehari - hari Emang dan keluarga.

2. Uang yang masuk ke laci, artinya untuk infaq/sedekah, atau untuk melaksanakan ibadah Qurban. Dan alhamdulillah selama 17 tahun menjadi tukang bakso, Emang selalu ikut qurban seekor kambing, meskipun kambingnya yang ukuran sedang saja.

3. Uang yang masuk ke kencleng, karena emang ingin menyempurnakan agama yang Emang pegang yaitu Islam. Islam mewajibkan kepada umatnya yang mampu, untuk melaksanakan ibadah haji. Ibadah haji ini tentu butuh biaya yang besar. Maka Emang berdiskusi dengan istri dan istri menyetujui bahwa di setiap penghasilan harian hasil jualan bakso ini, Emang harus menyisihkan sebagian penghasilan sebagai tabungan haji. Dan insya Allah selama 17 tahun menabung, sekitar 2 tahun lagi Emang dan istri akan melaksanakan ibadah haji.

Hatiku sangat...... .....sangat tersentuh mendengar jawaban itu. Sungguh sebuah jawaban sederhana yang sangat mulia. Bahkan mungkin kita yang memiliki nasib sedikit lebih baik dari si emang tukang bakso tersebut, belum tentu memiliki fikiran dan rencana indah dalam hidup seperti itu. Dan seringkali berlindung di balik tidak mampu atau belum ada rejeki.

Terus saya melanjutkan sedikit pertanyaan, sebagai berikut : "Iya memang bagus...,tapi kan ibadah haji itu hanya diwajibkan bagi yang mampu, termasuk memiliki kemampuan dalam biaya....".

Ia menjawab, " Itulah sebabnya Pak. Emang justru malu kalau bicara soal mampu atau tidak mampu ini. Karena definisi mampu bukan hak pak RT atau pak RW, bukan hak pak Camat ataupun MUI.

Definisi "mampu" adalah sebuah definisi dimana kita diberi kebebasan untuk mendefinisikannya sendiri. Kalau kita mendefinisikan diri sendiri sebagai orang tidak mampu, maka mungkin selamanya kita akan menjadi manusia tidak mampu. Sebaliknya kalau kita mendefinisikan diri sendiri, "mampu", maka Insya Allah dengan segala kekuasaan dan kewenangannya Allah akan memberi kemampuan pada kita".

"Masya Allah..., sebuah jawaban elegan dari seorang tukang bakso".

Senin, 27 Juni 2011

Tabur Kejujuran Walau hanya di Dalam Pot Kecil

Seorang CEO hendak mewariskan perusahaan besar kepada karyawan terbaiknya.

Untuk itu ia memanggil seluruh karyawannya, memberikan masing-masing sebutir BENIH di tangannya dan berkata, “Sirami dengan teratur, rawat, dan kembalilah setahun dari sekarang dengan membawa tanaman yang tumbuh dari benih ini. Yang TERBAIK, pemiliknya akan menjadi penggantiku sebagai CEO perusahaan ini.”

Seorang karyawan, Rahmat, pulang ke rumah. Setiap hari disiraminya dengan air dan pupuk. Setelah 6 bulan, di kantor, eksekutif lainnya saling membicarakan tanaman mereka, sedangkan Rahmat melihat TIDAK ADA PERUBAHAN yang terjadi pada benih miliknya.

IA MERASA GAGAL..

Setelah setahun, seluruh eksekutif menghadap CEO, memperlihatkan hasil benih tersebut. Rahmat berkata pada istrinya bahwa ia tidak akan membawa pot yang kosong, namun istrinya mendorongnya untuk menyatakan yang sebenarnya. Rahmat menyadari bahwa istrinya menyarankan HAL YANG BENAR.

Memasuki ruangan meeting, Rahmat membawa sebuah pot kosong. Seluruh mata memandangnya kasihan. Ketika Sang CEO memasuki ruangan, ia memandang keindahan seluruh tanaman itu, hingga akhirnya berhenti didepan Rahmat yang tertunduk malu. Sang CEO memintanya ke depan dan menceritakan TRAGEDI yang menimpanya.

Ketika ia selesai bercerita, Sang CEO berkata, “Berikan tepuk tangan yang meriah untuk Rahmat, CEO yang baru”.

Ia berkata, “Aku memberikan kepada kalian sebutir benih yang sebelumnya TELAH KUREBUS DI AIR PANAS hingga mati dan tidak mungkin untuk tumbuh. Melihat bahwa benih itu tidak tumbuh, kalian menukarnya dan berbohong kepadaku. Lain halnya dengan Rahmat, dia mau berkata yg sebenarnya terjadi.”

Tabur KEJUJURAN, menuai KEPERCAYAAN
Tabur KETEKUNAN, menuai KEMENANGAN
Tabur KERJA KERAS, menuai KESUKSESAN
Jangan TAKUT menjalani Jika itu BENAR

sumber

Minggu, 26 Juni 2011

Penampilan Menentukan Hidupmu

Waktu itu saya buka Facebook. Di sana saya melihat status milik teman-teman saya.
Tiba-tiba pandangan saya terhenti ketika membaca ada sebuah status yang telah disukai oleh 67 orang dan berisi 108 komentar. Yang lebih mengejutkan saya adalah kenyataan bahwa ternyata isi status sang wanita itu hanyalah “huh pusinkk”
Status sampah semacam itu bisa mendapatkan reputasi sehebat itu adalah sesuatu yang aneh menurut saya.
Lalu saya coba buka profil wanita tersebut. Ketika melihat fotonya yang ada di pikiran saya saat itu hanyalah “wow cantik sekali”

Semua tampak jelas sekarang. Saya paham kenapa dia bisa mendapatkan reputasi status facebook sehebat itu. Semua karena penampilannya.

Sejak saat itu saya percaya bahwa “90% keberhasilan seseorang ditentukan oleh penampilan”

Oleh karena itu, saya mengajak para pembaca untuk menjaga penampilan.
Jadilah pribadi yang indah, yang anggun, sehingga kemungkinan kita untuk berhasil itu semakin besar. Kalau memang penampilan kita kurang, berusahalah. Lakukan hal-hal yang bisa memperindah penampilan kita. Paling tidak buat diri anda indah di depan orang lain. Kalau anda ingin pergi melamar pekerjaan, gunakanlah baju terbaik anda. Kalau tidak ada, anda usahakan baju anda yang biasa-biasa itu menjadi lebih menarik untuk dilihat. Yang terpenting pencitraannya.
Ingat, pencitraan bukanlah berbohong atau buakn menjadi diri anda, pencitraan itu memberikan kebahagiaan pada orang lain melalui hal-hal yang bersifat duniawi.

Berusahalah memiliki penampilan yang meyakinkan di depan orang-orang yang anda ingin utnuk dipercayai.

Jumat, 24 Juni 2011

Orang yang Pantas Berdoa

Banyak orang yang hari ini
hatinya berisi pertanyaan yang tak berjawab,
merasa khawatir mengenai kebaikan
masa depannya,
yang sebetulnya jiwa-jiwa baik
...yang doa-doanya sudah diambang pemenuhan.

Siapa lagi-kah yang paling pantas dijawab doanya,
selain dia yang telah bekerja keras dalam kejujuran,
setia kepada keluarganya,
dan selalu berupaya menggembirakan orang lain?

Sabarlah.

Doamu akan segera dijawab.

Aamiin

Selasa, 21 Juni 2011

Cinta Tidak Lagi seMurni Dulu

Percintaan mungkina dalah sesuatu yang wajib dimiliki oleh setiap orang. Hidup tanpa cinta bagai jiwa tanpa roh.

Kata cinta dalam zaman sekarang sudah memiliki sinonim atau ungkapan dalam bentuk benda-benda mati. Ungkapan-ungkapan ini pun disebarluaskan melalui lagu-lagu dan yang lebih parah banyak juga orang yang terpengaruh oleh ungkapan-ungkapan ini. Sebetulnya sah-sah saja mengkonotasikan cinta dengan kata-kata seperti itu, tapi alangkah indahnya kalau kita bisa menjaga kemurnian cinta dalam kehidupan.

Cinta bagai bola salju (saya tidak menghakimi sang penyanyi), cinta bagai strawberry, cinta bagai bulan purnama, apa-apaan itu. Mengapa tidak ada cinta bagai cinta ? padahal cinta itu murni, tidak bagai apapun. Cinta itu abstrak dan tidak berwujud jadi tidak bisa diibaratkan bagai benda-benda nyata. Tuhan itu bagai pagar yang melindungi umatnya. Tidak masuk akal sekali bukan ?

Dengan dibuatnya artikel ini, saya mengajak para pembaca untuk kembali memurnikan cinta. Ayo kita nikmati keindahan cinta lewat kemurniannya.