1. Diam dan perhatikan apa yang diucapkan
Orang dalam keadaan marah akan melontarkan apa saja yang ada dalam benaknya, ibarat muntahan lahar gunung berapi. Oleh sebab itu, jangan sekali-sekali langsung menanggapi, karena api akan semakin membesar dan dapat menyulut pertempuran, tidak hanya adu mulut, tetapi juga adu fisik, bahkan nyawapun jadi taruhan. Diam dan perhatikan apa isi lontaran kemarahan tersebut, renungkan sesaat, dan jangan ambil tindakan apapun, kecuali orang tersebut memulai tindakan fisik terlebih dahulu. Kalaupun ada tindakan lebih kepada membela diri, bukan menyerang orang tersebut.
2. Temukan Letak Kesalahan
Setelah memerhatikan dan merenungkan lontaran kemarahan orang tersebut, temukan letak kesalahan, apakah pada diri kita atau pada orang tersebut. Bila kesalahan terjadi pada diri kita, segeralah minta maaf setelah orang tersebut selesai melontarkan kemarahannya, kemukakan alasan secukupnya, tidak perlu penjelasan yang bertele-tele, karena kesalahan kita akan dikejar terus. Misalnya, kita terlambat menyerahkan barang/kiriman karena jalanan macet, cukup minta maaf dan sampaikan terjadi kemacetan. titik. tidak perlu dijelaskan kenapa macet dan sebagainya, karena akan dikejar pertanyaan yang tidak akan pernah selesai, contohnya kenapa tidak dari pagi?, atau kenapa tidak naik motor?
Namun bila kesalahan terjadi pada orang marah tersebut, kita juga tidak perlu langsung menanggapi. cukup dengarkan dulu, setelah suasana dingin, baru kita klarifikasi atau kita jelaskan bahwa letak kesalahan bukan pada diri kita, melainkan pada situasi yang tidak memungkinkan, jangan langsung menyalahkan yang bersangkutan. Misalnya kita diperintahkan mengirim barang oleh orang tersebut, padahal bukan wewenangnya. Ketika orang tersebut marah, sampaikan saja bahwa pengiriman barang harus seizin orang yang berwenang (apakah atasannya, atau orang lain yang punya otoritas), bukan orang yang bersangkutan.
3. Selesaikan Masalah Sendiri atau Melalui Pihak Ketiga
Apabila situasi memungkinkan, selesaikan masalah dengan segera, agar tidak menimbulkan beban baik bagi diri kita atau bagi orang yang sedang marah tersebut. Sedapat mungkin tidak melewati hari karena hanya akan menambah beban pikiran dan perasaan. Apabila memang sulit dipecahkan, ajaklah pihak ketiga yang dikenal oleh kita maupun orang yang bersangkutan, serta memiliki wibawa dan dihargai oleh kedua belah pihak. Biarlah pihak ketiga yang menjelaskan duduk persoalan dan menerangkan akar permasalahan kepada kedua belah pihak. Selesaikan dengan kepala dingin dan keikhlasan kedua belah pihak.
4. Tinggalkan
Apabila masih tidak terpecahkan juga, walaupun melalui pihak ketiga, sebaiknya tinggalkan dan hindari saja orang tersebut. Cari kegiatan atau pekerjaan lain yang tidak berhubungan langsung dengan orang tersebut. Buang jauh-jauh masalah tersebut dan jangan lagi muncul dalam pikiran kita. Fokuskan perhatian pada masa depan, tidak perlu menengok ke belakang lagi.
5. Serahkan kepada yang Berwajib (bila perlu)
Apabila masalah tetap berlanjut dan situasi makin panas, bahkan cenderung kontak fisik dan membahayakan keselamatan diri dan keluarga kita, jalan terakhir adalah melapor dan minta perlindungan kepada yang berwajib, dalam hal ini adalah Polisi atau aparat pemerintah setempat. Jangan sekali-kali kita selesaikan secara fisik tanpa ada perlindungan yang berwajib, karena malah bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Bisa-bisa kita yang diciduk ke penjara gara-gara permasalahan orang lain.
sumber
Bukucatatan-part1.blogspot.com
Orang dalam keadaan marah akan melontarkan apa saja yang ada dalam benaknya, ibarat muntahan lahar gunung berapi. Oleh sebab itu, jangan sekali-sekali langsung menanggapi, karena api akan semakin membesar dan dapat menyulut pertempuran, tidak hanya adu mulut, tetapi juga adu fisik, bahkan nyawapun jadi taruhan. Diam dan perhatikan apa isi lontaran kemarahan tersebut, renungkan sesaat, dan jangan ambil tindakan apapun, kecuali orang tersebut memulai tindakan fisik terlebih dahulu. Kalaupun ada tindakan lebih kepada membela diri, bukan menyerang orang tersebut.
2. Temukan Letak Kesalahan
Setelah memerhatikan dan merenungkan lontaran kemarahan orang tersebut, temukan letak kesalahan, apakah pada diri kita atau pada orang tersebut. Bila kesalahan terjadi pada diri kita, segeralah minta maaf setelah orang tersebut selesai melontarkan kemarahannya, kemukakan alasan secukupnya, tidak perlu penjelasan yang bertele-tele, karena kesalahan kita akan dikejar terus. Misalnya, kita terlambat menyerahkan barang/kiriman karena jalanan macet, cukup minta maaf dan sampaikan terjadi kemacetan. titik. tidak perlu dijelaskan kenapa macet dan sebagainya, karena akan dikejar pertanyaan yang tidak akan pernah selesai, contohnya kenapa tidak dari pagi?, atau kenapa tidak naik motor?
Namun bila kesalahan terjadi pada orang marah tersebut, kita juga tidak perlu langsung menanggapi. cukup dengarkan dulu, setelah suasana dingin, baru kita klarifikasi atau kita jelaskan bahwa letak kesalahan bukan pada diri kita, melainkan pada situasi yang tidak memungkinkan, jangan langsung menyalahkan yang bersangkutan. Misalnya kita diperintahkan mengirim barang oleh orang tersebut, padahal bukan wewenangnya. Ketika orang tersebut marah, sampaikan saja bahwa pengiriman barang harus seizin orang yang berwenang (apakah atasannya, atau orang lain yang punya otoritas), bukan orang yang bersangkutan.
3. Selesaikan Masalah Sendiri atau Melalui Pihak Ketiga
Apabila situasi memungkinkan, selesaikan masalah dengan segera, agar tidak menimbulkan beban baik bagi diri kita atau bagi orang yang sedang marah tersebut. Sedapat mungkin tidak melewati hari karena hanya akan menambah beban pikiran dan perasaan. Apabila memang sulit dipecahkan, ajaklah pihak ketiga yang dikenal oleh kita maupun orang yang bersangkutan, serta memiliki wibawa dan dihargai oleh kedua belah pihak. Biarlah pihak ketiga yang menjelaskan duduk persoalan dan menerangkan akar permasalahan kepada kedua belah pihak. Selesaikan dengan kepala dingin dan keikhlasan kedua belah pihak.
4. Tinggalkan
Apabila masih tidak terpecahkan juga, walaupun melalui pihak ketiga, sebaiknya tinggalkan dan hindari saja orang tersebut. Cari kegiatan atau pekerjaan lain yang tidak berhubungan langsung dengan orang tersebut. Buang jauh-jauh masalah tersebut dan jangan lagi muncul dalam pikiran kita. Fokuskan perhatian pada masa depan, tidak perlu menengok ke belakang lagi.
5. Serahkan kepada yang Berwajib (bila perlu)
Apabila masalah tetap berlanjut dan situasi makin panas, bahkan cenderung kontak fisik dan membahayakan keselamatan diri dan keluarga kita, jalan terakhir adalah melapor dan minta perlindungan kepada yang berwajib, dalam hal ini adalah Polisi atau aparat pemerintah setempat. Jangan sekali-kali kita selesaikan secara fisik tanpa ada perlindungan yang berwajib, karena malah bisa menjadi bumerang bagi diri kita sendiri. Bisa-bisa kita yang diciduk ke penjara gara-gara permasalahan orang lain.
sumber
Bukucatatan-part1.blogspot.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar